JAKARTA-Bisnis Pertamina terus menjadi sorotan sebagai motor penggerak perekonomian Indonesia sekaligus pemain kunci dalam transisi menuju energi bersih. Investasi yang dilakukan oleh perusahaan migas pelat merah ini tidak hanya bertujuan untuk memperbesar skala operasional, tetapi juga mendukung transformasi strategis menuju target net zero emission (NZE).
Menurut Ekonom Senior Ryan Kiryanto, strategi investasi Pertamina yang berbasis pada prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) adalah langkah tepat untuk memastikan bisnis ini tetap relevan dan berdaya saing di masa depan.
BACA JUGA: Hasil Uji Lab dari Lemigas: Kualitas Pertamax Memenuhi Spesifikasi Dirjen Migas
“Bisnis Pertamina berkembang pesat berkat kebutuhan investasi tahunan yang terencana untuk mendukung pertumbuhan bisnis dan meningkatkan kinerja perusahaan. Ini adalah dogma bisnis yang tak terbantahkan," ujar Ryan Kiryanto dalam sebuah wawancara dengan media.
Lebih jauh, Ryan menekankan pentingnya investasi dalam membangun masa depan perusahaan dan dampaknya pada ekonomi nasional. “Kalau Pertamina menuju ke sana, itu betul. Apalagi Pertamina menjalankannya dengan prinsip GCG, itu sudah mutlak. Itu dogma bisnis yang wajib dijalankan," tegasnya.
Artikel ini akan mengulas lebih dalam bagaimana strategi investasi yang dilakukan Pertamina tidak hanya mendorong pertumbuhan bisnis tetapi juga memberikan kontribusi besar pada ekonomi negara dan mendukung transformasi energi nasional.
Pentingnya Investasi dalam Pengembangan Bisnis Pertamina
Investasi adalah jantung dari pengembangan Bisnis Pertamina. Dengan mengalokasikan dana pada proyek-proyek strategis, seperti pembaruan mesin produksi, pengembangan teknologi baru, dan eksplorasi sumber daya energi, Pertamina menciptakan dasar untuk pertumbuhan jangka panjang.
Ryan Kiryanto mengungkapkan bahwa investasi yang baik dapat diukur dari hasil yang berlipat ganda. “Prinsipnya sederhana, Pertamina keluar Rp1 tetapi hasilnya Rp3. Itu adalah contoh good investment," ujarnya.
Data menunjukkan bahwa investasi Pertamina telah memberikan hasil nyata. Nilai aset perusahaan meningkat dari USD51,2 miliar pada 2017 menjadi USD91,1 miliar pada 2023, atau bertambah sekitar USD39,9 miliar. Pendapatan usaha pun melonjak dari USD42,9 miliar menjadi USD75,8 miliar dalam periode yang sama, naik 76,7%.
“Ini menunjukkan bahwa investasi yang dilakukan Pertamina benar-benar berjalan dengan baik. Dalam tempo 10 tahun, hasilnya sudah terlihat berlipat-lipat. Itulah yang disebut investasi yang baik,” tambah Ryan.
Kontribusi Bisnis Pertamina bagi Perekonomian Nasional
Kontribusi Bisnis Pertamina terhadap perekonomian Indonesia sangat besar. Pada 2023 saja, Pertamina berhasil menyumbang Rp304,7 triliun untuk penerimaan negara. Pendapatan ini bersumber dari berbagai sektor, seperti eksplorasi dan produksi migas, hilirisasi energi, serta bisnis bahan bakar dan non-bahan bakar.
Ryan Kiryanto menegaskan bahwa investasi bukan sekadar pengeluaran, tetapi langkah strategis untuk meningkatkan produktivitas dan profit. “Uang yang dibelanjakan untuk investasi mesin-mesin atau infrastruktur akan kembali tiap tahun, bahkan terus meningkat. Itu yang membuat investasi menjadi sesuatu yang wajib dilakukan,” jelasnya.
Bisnis Pertamina dalam Transisi Energi
Dalam mendukung target pemerintah mencapai net zero emission (NZE) pada 2060, Pertamina telah memulai investasi besar-besaran di sektor energi baru terbarukan (EBT). Ini mencakup pengembangan bioenergi, geotermal, solar PV, hingga hidrogen. Investasi ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil sekaligus mempersiapkan masa depan energi bersih.
Ryan juga melihat langkah ini sebagai bentuk tanggung jawab Pertamina terhadap masa depan Indonesia. “Dalam konteks transisi energi, Pertamina bukan hanya berbicara tentang profit, tetapi juga keberlanjutan. Dukungan pada EBT adalah wujud dari visi jangka panjang yang sejalan dengan kebutuhan global,” tuturnya.
Prinsip Tata Kelola yang Baik dalam Investasi
Salah satu kunci keberhasilan Bisnis Pertamina adalah penerapan GCG dalam seluruh proses investasi. Sebelum memutuskan proyek, Pertamina melakukan kajian mendalam untuk memastikan bahwa setiap keputusan investasi akan memberikan hasil yang optimal.
“Yang penting adalah tujuan pengembangan investasi itu sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, membeli mesin produksi baru atau teknologi canggih yang hasilnya akan dituai di tahun-tahun mendatang. Kalau itu dilakukan dengan kajian yang baik, investasi akan membawa keuntungan besar,” ujar Ryan.
Tantangan dan Peluang Bisnis Pertamina
Meski memiliki banyak keberhasilan, Bisnis Pertamina tetap menghadapi tantangan. Salah satunya adalah fluktuasi harga minyak dunia yang memengaruhi pendapatan perusahaan. Selain itu, transisi menuju energi bersih membutuhkan inovasi teknologi dan pendanaan yang signifikan.
Namun, di balik tantangan ini terdapat peluang besar. Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah dan posisi strategis di pasar global, Pertamina memiliki peluang untuk menjadi pemimpin di sektor energi baru terbarukan. Transformasi ini juga membuka ruang kolaborasi dengan mitra internasional untuk mempercepat inovasi dan pembangunan infrastruktur.
Bisnis Pertamina telah membuktikan diri sebagai salah satu pilar utama perekonomian Indonesia. Dengan strategi investasi yang terukur dan berbasis pada prinsip tata kelola yang baik, Pertamina tidak hanya memberikan kontribusi besar bagi penerimaan negara tetapi juga mempersiapkan masa depan yang berkelanjutan.
Menurut Ryan Kiryanto, investasi yang dilakukan Pertamina adalah langkah wajib untuk memastikan pertumbuhan yang berkesinambungan. “Sebaliknya, kalau ada BUMN yang tidak pernah berinvestasi, itu justru salah besar. Bukannya maju, malah mundur. Investasi itu adalah kunci untuk bertahan dan berkembang di dunia bisnis,” pungkasnya.
Ke depan, transisi energi menjadi tantangan utama bagi Pertamina. Namun, dengan visi strategis dan komitmen untuk berinovasi, Bisnis Pertamina berpeluang besar untuk menjadi pemain utama dalam energi bersih di masa depan.