Industri Tekstil Rendah Karbon Menjadi Unggulan di Pasar Global: Tantangan dan Peluang bagi Indonesia

Jumat, 14 Februari 2025 | 10:26:36 WIB
Industri Tekstil Rendah Karbon Menjadi Unggulan di Pasar Global: Tantangan dan Peluang bagi Indonesia

JAKARTA - Industri tekstil global kini tengah mengalami pergeseran besar menuju praktik produksi yang lebih ramah lingkungan. Hal ini didorong oleh kebijakan pajak karbon yang diterapkan Uni Eropa terhadap produk impor yang memasuki wilayah mereka. Kebijakan ini menuntut industri tekstil Indonesia untuk segera beradaptasi dengan menerapkan proses produksi yang berkelanjutan dan rendah karbon agar tetap kompetitif di pasar internasional.

Kebijakan pajak karbon yang diterapkan Uni Eropa mengharuskan produk berbasis bahan bakar fosil membayar biaya tambahan, menjadikannya lebih mahal dibandingkan produk yang dihasilkan melalui proses ramah lingkungan. Kondisi ini memberikan peluang bagi produk tekstil berbasis karbon rendah untuk lebih diterima dan dihargai di pasar Eropa. Dalam konteks ini, industri tekstil dan garmen Indonesia perlu mengambil langkah proaktif untuk bertransformasi sesuai regulasi yang ditetapkan, salah satunya menerapkan visi European Green Deal.

"Di Eropa, produk berbasis bahan bakar fosil dikenai biaya lebih mahal, sementara industri tekstil global mulai menuntut rantai pasokan yang bebas karbon. Karena itu, industri tekstil dan garmen di Indonesia perlu bersiap mengadopsi regulasi seperti European Green Deal," ungkap Juliana Murniati dari Universitas Katolik Atma Jaya dalam International Conference of The German-Indonesia, ENA-Tex Project yang diselenggarakan pada 11-12 Februari 2025 di Jakarta.

Proyek ENA-Tex hadir sebagai solusi potensial untuk membantu industri tekstil Indonesia beralih ke produksi rendah karbon. Proyek ini didanai oleh Kementerian Pendidikan dan Riset Jerman dengan partisipasi dua perguruan tinggi terkemuka di Indonesia: 

Unika Atma Jaya Jakarta dan Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung. Selain itu, dua perusahaan Indonesia, SriTex dan Harapan Kurnia, berperan sebagai mitra industri yang aktif dalam proyek ini. Konsorsium Jerman dalam ENA-Tex terdiri dari lembaga penelitian IZES, University of Applied Sciences, Niederrhein, dan perusahaan Brückner.

Juliana Murniati menjelaskan bahwa fokus utama dari ENA-Tex adalah mengkaji dan mengeksplorasi peluang yang dapat diambil oleh industri tekstil Indonesia untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil. "Pada akhirnya, tujuan kita adalah menciptakan industri tekstil yang bukan saja berdaya saing di pasar internasional, tetapi juga bertanggung jawab terhadap lingkungan," tambah Murni dalam konferensi tersebut.

Perubahan iklim menjadi salah satu concern utama dunia saat ini, dan industri tekstil merupakan salah satu penyumbang signifikan emisi karbon. Transformasi ke arah proses produksi yang lebih hijau tidak hanya akan memenuhi tuntutan pasar Eropa, tetapi juga akan meningkatkan citra dan daya saing produk tekstil Indonesia di mata konsumen global yang semakin peduli lingkungan.

Penerapan teknologi dan inovasi baru dalam produksi tekstil yang mendukung efisiensi energi dan pengurangan emisi karbon adalah salah satu strategi yang direkomendasikan. Selain itu, penggunaan bahan baku dari sumber terbarukan juga menyumbang ke arah praktik industri yang lebih berkelanjutan. Ketergantungan pada bahan bakar fosil harus diakhiri secara bertahap dengan menggantinya menggunakan energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.

Industri tekstil Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang dalam aturan keberlanjutan ini, mengingat kekayaan sumber daya alam dan kemajuan dalam teknologi produksi yang dapat dioptimalkan. Namun, keberhasilan transformasi ini juga sangat bergantung pada dukungan kebijakan pemerintah yang mendorong investasi di sektor energi terbarukan dan peningkatan kapasitas tenaga kerja agar siap menghadapi persaingan global dalam konteks baru ini.

Isu ini harus ditangani secara kolaboratif antara pemerintah, akademisi, dan pihak industri. Pemberian insentif bagi perusahaan yang menerapkan praktik produksi berkelanjutan, serta pelatihan dan pengembangan keterampilan baru bagi pekerja di sektor ini, menjadi langkah penting. Kolaborasi internasional, seperti proyek ENA-Tex, tentu menjadi contoh baik dari usaha bersama untuk mendorong perubahan positif dalam industri tekstil global.

Dengan langkah-langkah strategis tersebut, Indonesia tidak hanya dapat menjaga daya saing produk tekstilnya di pasar dunia, tetapi juga turut berkontribusi dalam upaya global mengatasi perubahan iklim. Adopsi praktik produksi rendah karbon adalah bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi demi masa depan industri tekstil yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Terkini