BMKG

BMKG Prediksi La Nina Akhir 2025, Waspada Banjir dan Longsor

BMKG Prediksi La Nina Akhir 2025, Waspada Banjir dan Longsor
BMKG Prediksi La Nina Akhir 2025, Waspada Banjir dan Longsor

JAKARTA - Fenomena La Nina diperkirakan akan kembali menguji kewaspadaan masyarakat Indonesia menjelang akhir 2025.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan potensi curah hujan tinggi yang dapat memicu bencana banjir, tanah longsor, dan angin kencang di sejumlah wilayah. Fenomena ini muncul akibat pendinginan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, yang berdampak langsung pada pola cuaca nasional.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menekankan meskipun La Nina diprediksi dengan intensitas lemah, dampaknya tetap signifikan bagi kondisi cuaca di Indonesia. "BMKG memprediksi La Niña akan terjadi pada akhir tahun 2025 hingga awal 2026 dengan intensitas lemah (potensi 50-70%). Meski tergolong lemah, dampaknya tetap signifikan," ujar Guswanto.

Menurut Guswanto, curah hujan yang meningkat akibat La Nina berpotensi menimbulkan hujan lokal ekstrem yang tidak merata. Wilayah perkotaan, khususnya Jakarta, termasuk area yang sangat rentan terhadap banjir. Faktor utama penyebabnya meliputi curah hujan tinggi, intensitas hujan meningkat, drainase kota yang belum optimal, permukaan tanah rendah, serta lokasi dekat laut.

Fenomena La Nina tidak berdampak secara serentak di seluruh Indonesia karena tiap wilayah memiliki Zona Musim (ZOM) yang berbeda. BMKG mencatat awal musim hujan 2025/2026 telah terjadi sejak Agustus di beberapa wilayah Sumatera dan Kalimantan. Namun, puncak musim hujan diperkirakan baru akan terjadi pada Desember 2025 hingga Januari 2026, terutama di beberapa wilayah strategis berikut:

Jawa bagian barat dan tengah

Bali dan Nusa Tenggara Barat

Sebagian besar Sulawesi bagian selatan

Beberapa wilayah Papua

Guswanto menambahkan, kondisi iklim global seperti La Nina lemah dan Indian Ocean Dipole (IOD) negatif dapat memperkuat intensitas hujan di beberapa wilayah. Hal ini menjadi sinyal bagi pemerintah dan masyarakat untuk lebih waspada menghadapi potensi bencana terkait cuaca ekstrem.

BMKG juga merinci beberapa pulau besar yang diperkirakan mengalami curah hujan tinggi menjelang puncak musim hujan:

Sumatera

Sebagian wilayah telah mengalami hujan sejak Agustus 2025

Puncak curah hujan diprediksi terjadi pada November hingga Desember 2025

Kalimantan

Awal hujan lebih cepat dari normal

Potensi hujan tinggi terutama di wilayah tengah dan selatan

Jawa

Fokus pada bagian barat dan tengah

Puncak curah hujan diperkirakan berlangsung Desember 2025 hingga Januari 2026

Bali dan NTB

Peningkatan curah hujan di wilayah ini akan dipengaruhi oleh La Nina lemah dan IOD negatif

Sulawesi Selatan

Diprediksi mengalami hujan intensitas tinggi saat puncak musim hujan

Papua

Beberapa wilayah diperkirakan terdampak hujan lebat

Fenomena La Nina ini menegaskan perlunya persiapan dini bagi masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah rawan banjir dan longsor. BMKG menekankan agar pemerintah daerah terus meningkatkan kesiapsiagaan, mulai dari perbaikan drainase, pemantauan sungai dan waduk, hingga edukasi kepada masyarakat tentang tindakan darurat.

Selain dampak lokal, La Nina juga memengaruhi sektor pertanian dan distribusi air. Curah hujan tinggi bisa meningkatkan risiko banjir lahan pertanian, sementara intensitas hujan yang tidak merata bisa memengaruhi produksi tanaman tertentu. Guswanto menekankan pentingnya koordinasi lintas sektoral agar dampak negatif fenomena ini bisa diminimalkan.

Seiring dengan prediksi BMKG, masyarakat diimbau untuk tetap mengikuti informasi terkini melalui kanal resmi BMKG. Teknologi peringatan dini dan aplikasi mobile BMKG diharapkan membantu warga mengetahui potensi curah hujan ekstrem secara real-time. Langkah ini menjadi bagian dari mitigasi bencana modern yang mengutamakan kesiapsiagaan dan respon cepat terhadap kondisi iklim ekstrem.

Kesadaran terhadap ancaman La Nina juga penting bagi sektor transportasi dan energi. Infrastruktur publik, termasuk jalan, jembatan, dan fasilitas listrik, perlu diperiksa dan diperkuat untuk menghadapi curah hujan tinggi. 

Sektor energi, terutama pembangkit listrik yang mengandalkan sungai atau bendungan, juga perlu mempersiapkan protokol penyesuaian operasi agar pasokan tetap stabil meski terjadi banjir.

Fenomena La Nina akhir 2025 ini menegaskan bahwa perubahan iklim global, meskipun bersifat siklik, tetap menuntut kesiapsiagaan nasional yang matang. Dengan perencanaan matang dan mitigasi yang tepat, masyarakat dan pemerintah dapat meminimalkan risiko bencana hidrometeorologi yang mungkin muncul. BMKG kembali menekankan bahwa informasi dini dan pengetahuan masyarakat menjadi kunci dalam menghadapi musim hujan ekstrem ini.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index