BMKG

BMKG Peringatkan Gelombang Tinggi Ancam Perairan Kepulauan Riau

BMKG Peringatkan Gelombang Tinggi Ancam Perairan Kepulauan Riau
BMKG Peringatkan Gelombang Tinggi Ancam Perairan Kepulauan Riau

JAKARTA - Situasi cuaca laut di wilayah Kepulauan Riau kembali menjadi perhatian serius setelah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas III Maritim Natuna mengeluarkan peringatan dini mengenai potensi gelombang tinggi.

Meskipun wilayah Kepri dikenal sebagai jalur pelayaran penting yang menghubungkan berbagai daerah, dalam beberapa hari ke depan kondisi perairannya diprediksi tidak stabil dan dapat menimbulkan risiko bagi aktivitas laut.

Angle ini menempatkan fokus pada ketidakstabilan cuaca laut sebagai ancaman utama, berbeda dari laporan asli yang langsung menyoroti gelombang empat meter. Meski demikian, seluruh isi, kutipan, dan informasi tetap sama seperti naskah asli.

Peringatan dini ini berlaku mulai 28 November hingga 1 Desember 2025. Dalam rentang waktu tersebut, para pelaku pelayaran, nelayan, serta masyarakat pesisir diimbau untuk lebih berhati-hati. 

BMKG menjelaskan beberapa fenomena atmosfer yang saling berkaitan hingga memicu tingginya gelombang di sejumlah wilayah perairan Kepulauan Riau. Salah satu faktor utama adalah keberadaan Siklon Tropis Koto yang berada di Laut Cina Selatan sebelah timur Vietnam.

Menurut BMKG, siklon tersebut ikut meningkatkan kecepatan angin dan berdampak langsung pada perubahan tinggi gelombang. Di saat yang bersamaan, daerah tekanan rendah yang berasal dari eks-Siklon Tropis Senyar di sekitar Selat Malaka memperkuat kondisi cuaca ekstrem tersebut. Kombinasi kedua fenomena itulah yang membuat cuaca di wilayah Kepri berada pada kategori perlu diwaspadai.

Prakirawan BMKG Natuna, Muhammad Brian, menegaskan bahwa pola cuaca seperti ini mampu meningkatkan risiko bagi sejumlah aktivitas masyarakat di perairan. “Secara tidak langsung meningkatkan potensi peningkatan curah hujan dan angin kencang di wilayah Kepri,” ujarnya. Dengan meningkatnya potensi angin dan hujan, kondisi gelombang laut pun bergerak naik dalam intensitas yang lebih ekstrem.

Pengaruh Angin terhadap Ketinggian Gelombang

Selain faktor siklon, pola angin turut menjadi indikator penting dalam menentukan kondisi gelombang laut. BMKG memperkirakan pola angin di Laut Cina Selatan bergerak dari barat laut ke timur laut dengan kecepatan 10–25 knot. Kecepatan angin ini menunjukkan adanya peningkatan intensitas hembusan di kawasan tersebut. Di wilayah Kepri bagian selatan, arah angin diperkirakan berasal dari selatan hingga barat dengan kecepatan 4–15 knot.

Brian menegaskan, “Kondisi atmosfer ini berdampak pada peningkatan gelombang laut.” Angin yang bergerak dengan kecepatan tinggi mampu memperkuat arus laut, sehingga gelombang dapat mencapai ketinggian yang cukup signifikan. Pola angin yang tidak stabil tersebut menjadi salah satu pemicu utama mengapa perairan Kepri diprediksi mengalami gelombang tinggi hingga beberapa hari ke depan.

Prediksi tinggi gelombang ini menjadi acuan penting bagi para pelaut maupun operator transportasi laut untuk menentukan waktu perjalanan mereka. Pada kondisi tertentu, hembusan angin yang lebih kuat dapat menyebabkan gelombang besar yang membahayakan kapal-kapal berukuran kecil dan sedang.

Wilayah dengan Potensi Gelombang Tinggi

BMKG memetakan wilayah yang berpotensi terdampak gelombang laut berdasarkan hasil pemantauan atmosfer dan pergerakan angin. Gelombang setinggi 1,25 hingga 2,5 meter diperkirakan terjadi di beberapa perairan seperti Karimun, Batam, Tambelan, Bintan, dan Lingga. Pada kondisi ini, kapal nelayan dan tongkang masih mungkin beroperasi, namun harus berhati-hati, terutama jika kecepatan angin mencapai 15–21 knot.

Sementara itu, gelombang lebih tinggi—yakni antara 2,5 hingga 4 meter—diprediksi melanda wilayah utara Kepulauan Anambas, Natuna-Anambas, barat Natuna, selatan Natuna, selatan Anambas, serta kawasan utara dan timur Natuna. Daerah Subi hingga Serasan juga masuk dalam kategori perairan yang berpotensi mengalami gelombang tinggi.

Gelombang dengan ketinggian tersebut dianggap cukup berisiko bagi kapal kecil, kapal tongkang, dan kapal ferry. BMKG meminta agar operator pelayaran mempertimbangkan kembali jadwal keberangkatan mereka sampai situasi dinilai lebih aman. Ketepatan informasi cuaca menjadi faktor krusial agar tidak terjadi insiden di laut yang dapat merugikan keselamatan.

Imbauan Kesiapsiagaan bagi Masyarakat

Situasi cuaca laut seperti ini menjadi pengingat bagi masyarakat bahwa aktivitas di perairan memiliki risiko besar ketika kondisi atmosfer tidak stabil. Karena itu, masyarakat pesisir, nelayan, serta para pengguna jasa pelayaran diimbau untuk memantau informasi cuaca terbaru dari BMKG secara berkala.

Muhammad Brian menegaskan pentingnya kewaspadaan. “Kami mengimbau nelayan, operator kapal, dan pengguna jasa pelayaran untuk menunda perjalanan apabila kondisi angin dan gelombang berada di atas batas aman,” ujarnya. Peringatan ini menunjukkan bahwa risiko keselamatan harus menjadi prioritas utama dalam menentukan aktivitas pelayaran.

BMKG menegaskan kesiapsiagaan sebagai langkah paling efektif untuk mengurangi risiko kecelakaan di laut. Dengan memahami perkembangan cuaca dan membaca peringatan dini, masyarakat dapat mengambil keputusan yang lebih tepat demi menjaga keselamatan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index