Optimalisasi Sistem Microgrid: Solusi Energi Terbarukan untuk Indonesia

Jumat, 31 Januari 2025 | 07:51:18 WIB
Optimalisasi Sistem Microgrid: Solusi Energi Terbarukan untuk Indonesia

Indonesia menghadapi tantangan signifikan dalam upaya mengurangi emisi karbon, dengan sektor energi dan transportasi menjadi kontributor utama. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sekitar 87,4% dari produksi listrik nasional pada tahun 2022 masih bergantung pada bahan bakar fosil. Kondisi ini menimbulkan risiko terhadap keberlanjutan pasokan energi dan berpotensi membahayakan pencapaian target Net Zero Emission 2060.

Komitmen global Indonesia dalam kesepakatan Paris Agreement adalah mengurangi emisi hingga 29% dengan upaya sendiri dan mencapai 41% dengan dukungan internasional pada tahun 2030. Pada tahun 2022, Indonesia tercatat sebagai salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di dunia dengan total emisi mencapai 700 juta ton per tahun, meningkat 18% dibandingkan tahun sebelumnya (Laporan Global Carbon Budget, 2022).

Pentingnya Energi Baru dan Terbarukan (EBT)

Dengan potensi ancaman dari ketergantungan bahan bakar fosil, pengalihan ke Energi Baru dan Terbarukan (EBT) menjadi langkah penting. Pemerintah Indonesia, bersama semua pemangku kepentingan, berkomitmen untuk mengurangi emisi dan mempromosikan penggunaan EBT. Hal ini sejalan dengan pembaruan Dokumen NDC Indonesia pada tahun 2021 yang menekankan sektor kelautan dan perikanan serta adaptasi. Di sisi regulasi, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) memperkenalkan pajak karbon sebagai alat pengendalian iklim, mengubah perilaku ekonomi menuju aktivitas rendah karbon.

EBT merupakan komponen kunci dalam menciptakan sistem energi berkelanjutan. Penggunaan sumber tenaga surya, angin, biomassa, dan microgrid dapat memperluas akses listrik, terutama di daerah terpencil. Menurut Lidula & Rajapakse (2011), microgrid memungkinkan penggunaan sumber energi terbarukan dengan efisiensi tinggi, memanfaatkan sistem kontrol yang cerdas.

Microgrid sebagai Solusi Desentralisasi Energi

Microgrid adalah sistem distribusi energi lokal yang dapat beroperasi mandiri atau terhubung dengan jaringan utama. Dengan kemampuan untuk beroperasi dalam mode “grid-tied” atau “islanded,” microgrid menawarkan solusi untuk daerah yang sulit dijangkau jaringan listrik utama, seperti Papua. Penelitian Ekanayake et al. (2020) menyoroti peran penting microgrid dalam menjaga stabilitas energi di wilayah terpencil.

Menurut Shahzad et al. (2023), integrasi microgrid dengan teknologi digital seperti Internet of Things (IoT) bisa meningkatkan efisiensi pengelolaan pasokan dan permintaan energi. Sementara itu, sistem penyimpanan energi (ESS) mampu memastikan kontinuitas pasokan listrik, bahkan dalam situasi darurat, sebagaimana diuraikan oleh Uddin et al. (2018).

Implementasi dan Komponen Microgrid

Microgrid memanfaatkan sumber daya terbarukan utama seperti tenaga surya, angin, dan biomassa. Menurut Lidula & Rajapakse (2011), microgrid dapat dibagi menjadi sistem pembangkit yang dapat disalurkan (generator gas alam, biogas) dan tidak dapat disalurkan (sumber terbarukan seperti tenaga surya dan angin).

Sistem microgrid dilengkapi dengan ESS untuk menyimpan energi berlebih, menerapkan baterai lithium-ion dan teknologi hidrogen untuk penyimpanan jangka panjang. Desain ini bertujuan menyediakan energi langsung kepada pengguna tanpa kehilangan daya yang signifikan, didukung sistem kontrol pintar dan teknologi IoT, untuk pemantauan komponen secara detail dan analisis distribusi energi dengan kecerdasan buatan (AI).

Microgrid terbagi dalam tiga mode operasional utama: grid-tied, islanded, dan hybrid. Kemampuan operasional mandiri dan fleksibilitas microgrid menjadikannya ideal untuk menyediakan energi di daerah terpencil yang belum terjamah jaringan utama.

Analisis dan Tantangan SWOT

Secara SWOT, microgrid memiliki kekuatan dalam memanfaatkan energi terbarukan, mengurangi emisi karbon, dan mendukung komunitas terpencil. Fleksibilitas desain dan efisiensi energi menjadikannya lebih unggul dibandingkan sistem tradisional. Meski begitu, tantangan yang dihadapi termasuk biaya investasi awal yang tinggi dan kompleksitas teknologi yang memerlukan tenaga terampil.

Dari sisi peluang, dukungan kebijakan pemerintah dan kolaborasi antar sektor dapat mempercepat pengembangan microgrid. Namun, ancaman seperti ketidakstabilan regulasi dan persaingan dengan sistem konvensional patut diwaspadai.
 

Potensi dan Masa Depan Microgrid di Indonesia

Implementasi EBT di Indonesia adalah langkah vital menuju Net Zero Emission 2060. Dengan memanfaatkan teknologi seperti microgrid, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil dan memperluas akses energi bersih ke daerah terpencil, meningkatkan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Microgrid memungkinkan pembangkitan dan distribusi energi lokal secara mandiri, menawarkan fleksibilitas tinggi bahkan di daerah dengan infrastruktur terbatas.

Meskipun dihadapkan pada tantangan besar, dukungan kebijakan, peningkatan investasi, dan kemitraan yang erat lintas sektor dapat membantu Indonesia membangun sistem energi yang berkelanjutan dan inklusif. Melalui strategi transisi energi dan penerapan teknologi baru, Indonesia dapat menjadi pemimpin dalam transisi energi di Asia Tenggara, membangun masa depan yang lebih cerah, bebas emisi, dan ramah lingkungan.

Terkini