Ancaman Tarif Ekspor AS Bayangi Kenaikan Harga Minyak Dunia

Jumat, 31 Januari 2025 | 08:23:37 WIB
Ancaman Tarif Ekspor AS Bayangi Kenaikan Harga Minyak Dunia

Pada hari Jum'at, 31 Januari 2025, harga minyak dunia mengalami kenaikan meskipun dihadang oleh potensi penerapan tarif baru Amerika Serikat (AS) terhadap impor minyak mentah dari Kanada dan Meksiko. Ketidakpastian ini membayangi pasar global, dengan ancaman tarif yang berpotensi diberlakukan pada akhir pekan ini.

Mengutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent mengalami kenaikan 29 sen atau setara dengan 0,4%, menjadikan harga penutupannya menjadi US$ 76,87 per barel. Di sisi lain, harga minyak mentah AS naik 11 sen atau 0,2% dan ditutup pada level US$ 72,73 per barel, setelah sebelumnya mencapai titik terendah sepanjang tahun pada Rabu, 29 Januari 2025.

Ancaman Tarif dan Dampaknya

Langkah Presiden AS, Donald Trump, untuk menerapkan tarif 25% pada ekspor minyak dari Kanada dan Meksiko mengancam stabilitas harga minyak. Tarif tersebut dijadikan alat tekanan untuk mendesak kedua negara supaya menghentikan pengiriman fentanyl melintasi perbatasan menuju AS.

Pada Selasa, 28 Januari 2025, Gedung Putih menegaskan kembali rencana pelaksanaan tarif ini. Selanjutnya, pada Rabu, 29 Januari 2025, calon Menteri Perdagangan AS mengungkapkan peluang bagi Kanada dan Meksiko untuk menghindari tarif tersebut jika segera mengambil langkah konkret menutup aliran fentanyl. Menanggapi situasi ini, Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group, mengatakan, "Kita semakin mendekati tenggat waktu, dan pasar mulai merasa cemas."

Meski ancaman tarif ini membayangi pasar, analis pasar dari IG, Tony Sycamore, menilai bahwa investor telah memperhitungkan dampaknya dalam harga minyak saat ini. "Ini adalah salah satu alasan utama mengapa harga minyak mentah saat ini bergerak di kisaran tersebut," ujarnya.

Permintaan dan Penawaran Minyak

Badai musim dingin yang melanda AS beberapa waktu lalu juga turut mempengaruhi permintaan minyak. Akibat penurunan permintaan ini, stok minyak mentah AS meningkat sebanyak 3,5 juta barel, lebih tinggi daripada prediksi awal analis yang hanya memperkirakan kenaikan 3,2 juta barel berdasarkan jajak pendapat Reuters.

Dalam lingkup global, sanksi baru AS terhadap Rusia menyulitkan ekspor minyak mentah dari pelabuhan barat negara tersebut. Menurut data dan perhitungan Reuters, ekspor minyak Rusia pada Februari diperkirakan mengalami penurunan sebesar 8% dibandingkan rencana pada Januari. Penurunan ini terjadi seiring dengan meningkatnya aktivitas penyulingan dalam negeri di Moskow.

Pertemuan OPEC+ Dinanti

Selain itu, investor tengah menantikan pertemuan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, yang dijadwalkan berlangsung pada 3 Februari. Pertemuan kelompok yang dikenal sebagai OPEC+ ini diharapkan membahas upaya Trump dalam mendorong peningkatan produksi minyak di AS serta menyikapi kebijakan tersebut dengan sikap bersama, menurut pernyataan resmi Kazakhstan pada Rabu, 29 Januari 2025.

Presiden Trump diketahui mendesak OPEC, terutama Arab Saudi, untuk menurunkan harga minyak dengan argumen bahwa langkah tersebut bisa membantu mengakhiri konflik di Ukraina. Selain itu, Trump juga berencana memaksimalkan produksi minyak dan gas di AS, yang saat ini menjadi produsen minyak terbesar di dunia dengan capaian produksi tertinggi sepanjang sejarah.

Namun, sebagian besar analis berpendapat bahwa perang harga antara AS dan OPEC+ tidak mungkin terjadi. "Perang harga dengan AS akan memaksa produsen OPEC+ meningkatkan produksi untuk menekan harga dan melemahkan industri minyak serpih di AS," tulis laporan dari analis BMI, bagian dari Fitch Group.

Secara keseluruhan, ancaman tarif AS terhadap Kanada dan Meksiko menciptakan ketidakpastian di pasar minyak global. Meskipun harga minyak menunjukkan kenaikan pada Kamis, 30 Januari 2025, tekanan dari kebijakan perdagangan internasional serta dinamika permintaan dan penawaran minyak global terus mengaburkan prospek harga di masa depan. Para pengamat ekonomi dan pelaku pasar kini menantikan langkah konkret dari negosiasi politik internasional serta hasil pertemuan OPEC+ yang berpotensi mempengaruhi harga minyak secara signifikan.

Terkini